Senin, 25 April 2016

CATATAN PENDAKIAN GUNUNG GEDE PANGRANGO Part. 2

Petualangan, Penyelamatan, Bertahan Hidup, Mistis

BASED ON TRUE STORY


Minggu, 26 Oktober 2014
Pukul 05.30 WIB., pagi hari yang dingin, kami paksakan untuk bangun meski rasa lelah di tubuh belum terobati dan rasa kantuk dimata belum juga hilang. Kami memulai sarapan dengan menu alakadarnya, bahkan mungkin jauh dari cukup, ada yang hanya memakan roti, minuman sereal, mie rebus, bahkan ada yang hanya minum air putih. Entah kenapa saat itu kami seperti kurang berselera untuk makan, mungkin karena keadaan kalut yang kami lewati. Kondisi Yuli sendiri sudah lebih baik, suhu tubuh normal, denyut nadi normal, meskipun Yuli masih mengeluh sakit di bagian lututnya, sementara kondisi personil yang lain cukup baik. Setelah selesai kami segera berkemas, membongkar tenda  dan membersihkan lokasi camp.

Memberikan perawatan sebelum melanjutkan perjalanan
Pukul 06.30 WIB., diawali dengan do’a kami kembali melanjutkan pendakian. Kami berjalan lambat perlahan karena kondisi kaki Yuli yang cedera sehingga harus kami papah. Tidak berapa lama berjalan ternyata di depan kami telah padat berjejer tenda-tenda para pendaki, lokasinya sebelum puncak Gede. Sekitar setengah jam berjalan kami mulai memasuki puncak Gede, disini kita akan berjalan diantara jurang terbuka tanpa adanya pohon-pohon cantigi yang sebelumnya mendominasi trek yang kami lewati.
 
Melanjutkan perjalanan menuju puncak Gede
Tiba-tiba kami dikagetkan kembali dengan pingsannya Yuli. Keadaan kembali kalut, tapi kami mencoba untuk tetap tenang. Kami segera memberikan pertolongan kepada Yuli, sekitar 10 menit pingsan Yuli dapat disadarkan, kami mencoba menenangkan, memberikan motivasi untuk menguatkan. Selain merasakan sakit di lututnya, menerut pengakuan Yuli karena pandangannya yang tertuju pada jurang di kanan dan kiri jalur membuatnya sangat pusing tak tertahankan. Kami coba kembali memapah Yuli berjalan, tetapi tidak berapa lama Yuli kembali ambruk kehilangan kesadaran. Maka pada saat itu dapat kami simpulkan bahwa Yuli mengidap Phobia ketinggian. Sejenak kami terdiam, tidak tau apa lagi yang harus dilakukan. Puncak Gede sudah kami pijak, tapi bukan rasa senang yang kami rasakan seperti kebanyakan pendaki lain saat itu. Muncul sebuah ide dari Ocoy untuk menutup mata Yuli menggunakan masker, ide yang brilian dan patut dicoba. Hasilnya sangat efektif, Yuli tidak lagi pingsan meskipun jalannya harus kami papah karena selain mata yang tertutup juga kakinya yang cedera.

Yuli berjalan dipapah dengan mata ditutup masker

Pukul 08.00 WIB., Dengan bersusah payah sampailah kami di persimpangan menuju trek turun ke Alun-alun Suryakencana. Saat itu Yuli sudah tidak sanggup lagi berjalan, kakinya sudah mati rasa dan kehabisan energi, sedangakan persediaan air kami habis. Trek yang curam diantara pohon-pohon Cantigi dari Puncak Gede menuju Alun-alun Suryakencana berada di depan kami. Kembali bingung, bagaimana cara kami membawa Yuli turun ke Suryakencana, karena jangankan berjalan di trek curam, untuk berdiri pun Yuli tak bisa. Kami harus segera mengambil tindakan. Kembali kami membagi tugas, Heru, Jaed dan Erlan turun terlebih dahulu ke Alun-alun Suryakencana untuk membut Camp, mencari air dan menyiapkan makanan. Sementara Saya, Ocoy, Usman, Iwan dan Andi akan bergantian menggendong Yuli turun ke Suryakencana.
 
Menggendong Yuli turun dari puncak Gede ke Suryakencana

Menggendong Yuli turun dari puncak Gede ke Suryakencana
Sebetulnya resiko yang sangat besar membawa seorang korban atau pisien menuruni jalur curam dengan cara digendong, cara terbaik adalah dengan menggunakan tandu. Tapi saat itu kami berada dalam keadaan tidak mungkin untuk menyiapkan atau membuat tandu. Mulailah kami menggendong Yuli bergantian, sesekali kami berhenti, beristirahat dan memberikan perawatan dengan mengurut lutut Yuli. Sering kali pendaki lain yang bersimpatik memberikan bantuan dengan memberi perawatan atau hanya sekedar memberikan air minum.
 
Pendaki lain membantu memberikan perawatan
Pukul 09.30 WIB., akhirnya sampai juga di Alun-alun Suryakencana. Yuli segera di evakuasi kedalam tenda yang telah disiapkan lalu kemudian diberikan perawatan. Makanan juga telah disipakan, kami pun makan dengan menu sederhana alakadarnya. Cukup lama kami beristirahat di Alun-alun Suryakencana. Memastikan tenaga kami benar-benar pulih untuk melanjutkan perjalanan pulang, terutama memulihkan kondisi Yuli yang lemah.
 
Beristirahat di Suryakencana
Beristirahat di Suryakencana
Ternyata memang sungguh indah Alun-alun Suryakencana, padang terbuka ditumbuhi bunga Edelweis yang entah berapa puluh hektare luasnya. Beberapa dari kami tidak kuasa melewatkan keindahan Alun-alun suryakencana, berjalan-jalan dan berfoto, mencoba sejenak melupakan kondisi genting yang kami alami, rasa lelah pun sedikit terobati.
 
Suasana di Suryakencana

Sekitar 3 jam kami berada di Alun-alun Suryakencana, kami harus segera bergegas melanjutkan perjalanan pulang, tidak mungkin lagi kami berlama-lama beristirahat. Setelah mengisi persediaan air, membongkar tenda, packing barang dan membersikan lokasi camp, kamipun bersiap-siap untuk melanjutkan perjalanan.
 
Persiapan melanjutkan perjalanan

Pukul 12.30 WIB., kami mulai melanjutkan perjalanan. Kondisi Yuli yang tidak banyak mengalami perubahan membuatnya kembali harus kami papah dalam berjalan. Sekitar 2 Km kami berjalan menyusuri lembah Suryakencana dengan kondisi jalan yang datar sehingga kami tidak terlalu kesulitan dalam memapah Yuli. Beberapa saat kemudian kondisi jalan mulai berubah menurun curam menuju ke Gunung Putri. Kembali kami berada dalam kesulitan, kondisi Yuli semakin memburuk, kini Yuli tidak sanggup lagi untuk berjalan. Kami kembali mencoba menggendong Yuli bergantian. Situasi semakin buruk, kami yang sudah sama-sama kehabisan tenaga, ditambah kondisi trek turun yang semakin curam sangat menyulitkan kami. Akhirnya diputuskan untuk membuat tandu, meskipun kami cukup kesulitan membuat tandu karena keterbatasan alat dan bahan.
 
Membuat tandu darurat
Setelah tandu darurat jadi 4 orang dari kami segera menggotong Yuli. Meskipun kali ini beban terasa lebih ringan karena terbagi 4, bukan perkara mudah membawa korban menggunakan tandu melintasi jalur curam, licin dan sempit, ditambah lagi hujan yang mulai turun rintik-rintik. Kami berjalan lambat sekali memastikan tandu tidak terjatuh. Sekitar 3 jam kami berjalan pelan menuruni jalur menuju Gunung Putri dengan tenaga yang hampir habis.
 
Evakuasi menggunakan tandu darurat
Pukul, 17.30 WIB., kami sampai di shelter peristirahatan, bangunan yang sengaja dibangun oleh pihak pengelola untuk beristirahat para pendaki. Hari sudah mulai gelap, raut kelelahan diwajah-wajah kami sudah tak dapat lagi disembunyikan, tak ada lagi canda tawa keceriaan yang biasanya selalu menyertai kebersamaan kami, tapi kami selalu menyadari, bahwa untuk situasi seperti ini lah kami dilatih, dan sesulit apapun atau separah apapun keadaannya kami tau bahwa ini lah salah satu konsekuensi dari naik gunung.
Beristirahat sejenak
Di shelter ini kami beristirahat cukup lama, selain menunggu reda hujan yang turun makin lebat, memulihkan tenaga, kamipun menyempatkan mengisi perut dengan sisa-sisa logistik yang hampir habis. Kondisi Yuli makin lemah, semua upaya telah dilakukan, kami merawat dan tak henti-henti memberikan motivasi kepada Yuli supaya bisa kuat.
Sampai di shelter peristirahan jalur turun Gunung Putri
Pukul, 18.30 WIB., Tak mungkin beristirahat lebih lama lagi kami putuskan untuk bergegas melanjutkan perjalanan. Hujan sudah mulai reda, Yuli kembali ditandu, kami kembali berjalan perlahan menuruni jalur menuju Gunung Putri. Trek yang kami lewati semakin sulit, beberapa kali diantara kami jatuh terpeleset. Meski dalam keadaan lelah kami tetap optimis dan saling menguatkan, sesekali kami isi perjalanan dengan candaan-candaan untuk sedikit mencairkan suasana. Sekitar 1 jam kemudian kami kembali panik, Yuli yang selama perjalanan tadi masih bisa kami ajak komunikasi kini tidak sedikitpun merespon saat kami panggil. Ternyata Yuli kembali kehilangan kesadarannya, wajah Yuli pucat dan denyut nadinya lemah. Sekuat tenaga kami kembali berusa untuk menyadarkan Yuli, segala cara kami lakukan hingga akhirnya Yuli terbangun.

Mulai dari sini kejanggalan-kejanggalan terjadi, setelah terbangun dari pingsan gelagat Yuli menjadi aneh, sambil tersenyum sinis dan mata melotot Yuli memandang kami satu persatu seakan meledek kami yang sudah sangat kepayahan. Sambil tertawa Yuli berkata “Beurat nyah siah ngagandong aing?” (berat kan menggendong saya?), “Hayu buru maju deui, aing hayang balik!” (ayo cepat jalan lagi, saya mau pulang!). kami semua kaget mendengar kata-kata kasar yang Yuli ucapkan. Selain kondisi badan yang lemah dan cedera tidak ada tanda-tanda Yuli terserang hypotermia, maka saat itu kami sepakat menyimpulkan bahwa Yuli telah kerasukan!. Heru mencoba sekuat tenaga menyadarkan Yuli, kami pun membantu sebisa mungkin dengan membaca surat-surat/ayat-ayat Al-Quran. Beberapa saaat Yuli dapat disadarkan, tetapi tidak lama kembali kerasukan. Kami sangat kewalahan mengontro Yuli, Yuli memaksa untuk segera melanjutkan perjalanan turun.

Pukul 19.30 WIB., Dalam keadaan yang semakin tidak menentu kami segera mengambil tindakan. Saya dan Usman memutuskan untuk turun terlebih dahulu ke Pos pintu masuk pendakian Gunung Putri untuk meminta bantuan evakuasi, sementara yang lain tetap mendampingi Yuli.

Meninggalan rombongan saya dan Usman mulai berjalan turun dengan berlari tanpa henti, beberapa kali kami harus jatuh terpelesaet. Anehnya kami sama sekali tidak merasakan cape ataupu haus, saya sendiri merasakan pada saat itu seperti ada yang menyertai kami dan terus mendorong untuk berlari. Suara-suara aneh yang saya yakini bukan bersal dari hewan ataupun manusia sering kali terdengar, membuat bulu kuduk merinding. Entah itu nyata atau hanya halusinasi sedikitpun tidak kami hiraukan, yang ada di fiiran kami saat itu hanya untuk secepat mungkin sampai di Pos pintu masuk pendakian dan segera meminta bantuan. Entah berapa puluh rombongan pendaki yang sama-sama akan turun yang kami salip, ataupun berpapasan dengan yang baru akan naik.

Pukul 20.30 WIB., setelah berlari tanpa henti saya dan Usman sampai di Pos pintu masuk pendakian Gunung Putri. Pos yang berbentuk rumah berbahan bambu dan kayu, dengan beberapa ruangan di dalamnya, cukup luas. Disi tampak hiruk-pikuk para pendaki baik yang baru akan naik maupun yang baru turun.  Segera kami melapor kepada petugas, sedetail mungkin saya menjelaskan mulai dari kondisi Yuli, kondisi personil lain, maupun kronologis perjalanan kami. Setelah selesai memberikan laporan segera Ranger disiapkan untuk evakuasi, saya dan Usman dipersilahkan untuk beristirahat. Dalam keadaan harap-harap cemas saya dan Usman menunggu sambil beristirahat di depan pos pintu masuk pendakian, kini baru terasa tenaga kami sudah benar-benar habis setelah 1 jam berlari tanpa henti. Hujan lebat kembali turun, membuat saya dan Usman semakin cemas akan kondisi kawan-kawan lain, saya dan Usman hanya bisa ber do’a.

Pukul 21.00 WIB., Yuli didampingi Heru, Ocoy, Andi dan Dede samapai di pos Gunung Putri. Saya dan Usman, bahkan Ranger yang telah siap untuk naik mengevakuasi dibuat kaget dan heran, bagaimana mungkin Yuli yang dalam keadaan cedera dan kondisi badan yang lemah bisa secepat ini samapai, hanya berselang setengah jam dari kedatangan saya dan Usman. Yuli segera dibawa masuk kedalam, ternyata Yuli masih dalam keadaan kerasukan. Para petugas segera menangani dan memberikan pertolongan. “Pang anteurkeun siah ! Incu aing hayang balik !” (tolong diantarkan ! Cucu saya mau pulang !). Yuli kembali meracau sambil berontak. Kami segera memegangi, dan petugas mencoba menyadarkan Yuli. Beberapa saat kemdian sosok yang merasuki Yuli dapat dikeluarkan, Yuli terkulai lemas, segera Yuli diberikan minuman teh hangat.

Meski Yuli telah mendapatkan penanganan dan kodisinya mulai membaik, kami masih cemas. Sekitar 1 jam kami berada di Pos, Jaed, Iwan, Abuy dan Elan belum juga sampai. Ternyata kelompok yang tadi saya dan Usman tinggalkan turun terpisah lagi menjadi 2. Beberapa kali kami mencoba telepon tidaka juga tersambung, mungkin karena tidak adanya sinyal atau karena kehabisan batre. Saya sempat berfikir untuk kembali mendaki menyusul kawan-kawan yang masih tertinggal, apa lagi setelah mendengar keterangan dari kawan-kawan yang baru datang bahwa ke 4 orang kawan kami yang masih tertinggal kondisinya lemah. Kami mencoba terus mencari tahu keberadaan ke 4 kawan kami dengan bertanya kepada para pendaki lain yang baru tiba di Pos, tapi tak ada satupun dari mereka yang mengetahui.

Samapi beberapa saat kemudian tiba-tiba HP saya berbunyi, ternyata telepon  dari Abuy. Segera saya bertanya tentang posisi dan kondisinya. Sungguh diluar dugaan, ternyata Abuy dan ke 3 kawan lainnya telah berada di tempat parkir kendaraan Gunng Putri (sekitar 15 menit berjalan kaki turun dari Pos Pendakian menuju tempat parkir). Disini keanehan kembali terjadi, bahkan saya dan Abuy sempat sedikit berdebat di telepon, kenapa mereka sampai meninggalkan kami yang dari tadi sangat cemas menunggu mereka di Pos pintu masuk, tapi Abuy punya argumen bahwa dia dan ke 3 kawan lain pun sempat singgah di Pos pintu masuk untuk mencari kami, tapi sama sekali tidak melihat keberadaan kami, dan berfikir bahwa kami yang telah meninggalkan mereka. Tapi lepas dari keanehan yang lagi-lagi terjadi kami bersyukur bahwa keadaan semua personil baik-baik saja.
Pos GPO Gunung Putri
Pukul 22.00 WIB., kami meninggalkan Pos pintu masuk pendakian Gunung Putri, menyusul ke 4 kawan kami yang telah berada di tempat parkir. Kondisi Yuli lebih baik meskipun harus bejalan perlahan dan tetap kami papah. Di tempat parkir kami sempatkan dulu untuk mengisi perut di salah satu warung makan sambil menunggu angkot carteran yang akan kami tumpangi ke Cibodas untuk mengambil kendaraan kami.

Pukul 22.30 WIB., kami sampai di Cibodas. Ada perasaan lega dan haru dihati kami setelah melewati masa-masa sulit selama pendakian. Sungguh pelajaran yang teramat sangat berharga bagi kami, karena bukan hanya sekedar ketangguhan fisik, tetap juga mental, kesabaran, semangat, kekompakan, kesetiakawanan dan kepasrahan kami diuji.

Pukul 23.00 WIB., setelah mengurus pembayaran parkir kendaraan kami melanjutkan perjalanan pulang. Sekitar 3 jam berkendara akhirnya kami sampai dirumah dengan selamat untuk kemudian beristirahat, melanjutkan aktifitas dan rutinitas sehari-hari, dan tentu saja untuk lebih mensyukuri nikmat Allah SWT. Karena betapa sebuah Pendakian akan memberikan pelajaran yang sangat berharga kepada kita, apa bila kita bisa memaknainya.

Sekian...

1 komentar:

  1. Ijin copas foto dan ceritanya...
    Karna saya pernah mengalaminya waktu tahun 90an...kaki lumpuh saat pulang camping pas gerbang turun pendakian...kalo kata paranormal setempat pendakian ada ucapan dan gerakan yg tak senonoh yg saya lakukan saat di atas gunung waktu camp.

    BalasHapus