Gunung Ciremai |
Gunung Ciremai adalah gunung berapi kerucut yang
secara administratif termasuk dalam wilayah dua kabupaten, yakni Kabupaten
Kuningan dan Kabupaten Majalengka, Provinsi Jawa Barat. Posisi geografis
puncaknya terletak pada 6° 53' 30" LS dan 108° 24' 00" BT, dengan
ketinggian 3.078 m di atas permukaan laut. Gunung ini merupakan gunung
tertinggi di Jawa Barat.
Gunung ini memiliki kawah ganda.
Kawah barat yang beradius 400 m terpotong oleh kawah timur yang beradius 600 m.
Pada ketinggian sekitar 2.900 m dpl di lereng selatan terdapat bekas titik
letusan yang dinamakan Gowa Walet.
Kini G. Ceremai termasuk ke dalam
kawasan Taman Nasional Gunung Ciremai (TNGC), yang memiliki luas total sekitar
15.000 hektare.
Nama gunung ini berasal dari kata
cereme (Phyllanthus acidus, sejenis tumbuhan perdu berbuah kecil dengan rada
masam), namun seringkali disebut Ciremai, suatu gejala hiperkorek akibat
banyaknya nama tempat di wilayah Pasundan yang menggunakan awalan 'ci-' untuk
penamaan tempat.
Puncak gunung Ciremai dapat
dicapai melalui banyak jalur pendakian. Jalur pendakian tersebut meliputi Desa
Palutungan dan Desa Linggarjati di Kab. Kuningan, dan Desa Apuy di Kab.
Majalengka. Ada satu jalur pendakian baru yaitu melalui Desa Linggasana di Kec.
Cilimus, Kab. Kuningan.
Jumat, 15 Juli 2016
Pukul 13.30 WIB
Kami beranggotakan 5 Orang ; Saya
(Abdillah), Marwah, Yayan, Atep dan Ganjar. Berkumpul di kediaman Yayan Jl.
Raya Maniis-Palumbon RT. 05/03 Ds. Cijati Kec. Maniis Kab. Purwakarta – Jawa
Barat, yang dijadikan sebagai titik kumpul sebelum memulai perjalanan. Setelah
memeriksa kembali peralatan sekitar 1/2 jam kemudian kami berangkat menggunakan
Sepeda Motor berboncengan menuju Kab. Majalengka, karena sesuai rencana kami
akan mendaki melalui jalur pendakian Apuy. Sekitar 8 jam perjalanan yang akan
kami tempuh dari Purwakarta menuju Majalengka.
Dari kiri ke kanan : Yayan, Ganjar, Atep, Abdillah, Marwah |
Pukul 22.00 WIB
Berkendara cukup lama akhirnya
kamai sampai di pos pintu masuk pendakian Apuy, setelah mengamankan kendaraan
kami segera mencari tempat untuk beristirahat tidur supaya besok pagi dapat
memulai pendakian dengan kondisi badan yang Fit.
Sabtu, 16 Juli 2016
Pukul 05.00 WIB
Pagi yang dingin di pos pintu
masuk pendakian Apuy yang memiliki ketinggian kurang lebih 1.204 MDPL. Kami
melakukan persiapan untuk memulai pendakian, packing ulang barang-barang ke
dalam carrier dan tidak lupa sarapan pagi. Untuk urusan mengisi perut banyak
warung di sekitar pos pendakian Apuy yang menyediakan makanana dengan harga
yang ekonomis. Selanjutnya kami mulai mendaftar di pos registrasi pendakian.
Untuk tiket masuk setiap orang dikenakan tarif Rp. 50.000,- Sekedar informasi,
dari sini biasanya para pendaki membawa persediaan air untuk keperluan
pendakian. Karena akan sulit kita temukan sumber air selama perjalanan ke
puncak.
Pintu Masuk Pendakian Apuy |
Registrasi Pendakian |
Persiapan Pendakian |
Pukul 07.00 WIB
Urusan registrasi selesai,
selanjutnya diawali dengan do’a kami memulai pendakian. Cuaca cukup cerah,
langit bersahabat, trek diawal pendakian mulai menanjak tetapi masih cukup
bersahabat karena jalur yang dilewati adalah jalur batu macadam yang sering
dilewati oleh warga sekitar menuju ke kebun/ladang.
Pukul 08.00 WIB
Sekitar 1 jam berjalan kami
sampai di Pos II (Arban) 1.614 MDPL. Shelter berupa bangunan permanen yang
biasa digunakan para pendaki untuk beristirahat. Sekitar 15 menit kami
menyempatkat beristirahat. Kemudian lanjut jalan lagi.
Pukul 10.30 WIB
Kami sampai di Pos III (Tegal
Masawa) 2.400 MDPL, tempat berupa dataran dengan sebuah plang yang terpasang di
pohon sebagai penanda. Cukup lama memang waktu yang kami lewati, selain karena
trek yang lumayan sulit dan menanjak kami juga sering beristirahat karena
stamina yang pas-pasan. Sekitar 10 menit kami beristirahat di Pos ini kemudian
lanjut jalan lagi.
Pukul 11.30 WIB
Perut mulai keroncongan karena
ternyata memang sudah mendekati jam makan siang. Sambil beristirahat kami mulai
bongkar carrier mengeluarkan logistic dan alat masak. Makan siang dengan menu
sederhana hasil olahan sendiri, ditengah kelebatan hutan, udara sejuk, dihibur
oleh kicauan burung. Sungguh suasana makan yang nyaman yang tidak bisa kita
temui di restoran mana pun dikota-kota besar. Setelah perut terisi dan tenaga
mulai pulih, sekitar pukul 12.30 WIB kami melanjutkan perjalanan.
Pukul 13.30 WIB
Dengan stamina yang mulai
kepayahan akhirnya kami sampai ke Pos IV (Tegal Jamuju) 2.600 MDPL, sama
seperti Pos III tempat ini beruapa dataran cukup luas yang bisa digunakan untuk
mendirikan beberapa tenda. Disini kami beristirahat cukup lama, sekitar 45
menit, menunggu tenaga pulih kembali, kemudian lanjut jalan lagi.
Pukul 15.00 WIB
Hujan mulai turun, kami bergegas
menggunakan Raincoat supaya baju dan peralatan yang kami bawa tetap kering.
Perjalanan pun menjadi semakin sulit, trek yang semakin curam dan licin akibat
guyuran hujan, ditambah suhu udara yang semakin dingin menusuk tulang, membuat
kami berjalan semakin lambat.
Pukul 15.30 WIB
Kami sampai di Pos V (Sanghyang
Rangkah) 2.800 MDPL, disini cukup banyak pendaki yang mendirikan tenda. Kami
beristirahat kurang lebih 1/2 jam sambil menunggu hujan reda dan memulihkan
stamina yang hamper habis. Dari titik ini menuju puncak, vegetasi mulai berubah
dari pohon-pohon tinggi dan rapat menjadi tumbuhan khas puncak gunung yang
tidak terlalu tinggi seperti cantigi dan Bungan edelweiss. Setelah hujan reda
dengan sisia-sisa tenaga kami melanjutkan perjalanan, karena target kami adalah
mendirikan tenda dan bermalam di Pos VI (Goa Walet) sebelum nanti pagi hari melanjutkan summit ke puncak.
Pukul 17.00 WIB
Dalam perjalanan menuju Goa Walet
tepatnya di sekitar persimpangan jalan antara jalur Apuy – Palutungan – Goa
Walet. Ada kejadian janggal yang kami temui, saat itu kami menolong seorang
pendaki yang mengalami cedera di kedua kakinya, kami segera membongkar P3K
untuk memberikan bantuan perawatan sebisanya. Pendaki tersebut Nampak
kebingungan, seperti orang linglung. Setelah kami tenangkan dan ajak bicara ternyata
pendaki tersebut baru turun dari puncak dan akan turun melalui jalur Apuy,
tetapi di persimpangan pendaki tersebut Nampak kebingungan dan sampai beberapa
kali salah mengambil jalur yang mengarah ke Palutungan. Padahal plang penunjuk
jalan sangat jelas, jalur pun meski hanya jalan setapak tetapi cukup jelas,
suasana pun cukup terang karena belum malam. Entah apa yang mengakibatkan
pendaki itu salah mengambil jalur sampai berputar-putar berulang kali, karena
rasanya tidak mungkin dia buta huruf hingga tidak bisa membaca plang penunjuk
jalan.
Beberapa saat kami menunggu
menemani pendaki itu sambil memberikan perawatan dan berusaha menenangkan,
akhirnya beberapa orang yang terdiri dari teman dari pendaki tersebut dan ranger
petugas TNGC datang menjemput memberikan
pertolongan. Kami pun melanjutkan perjalanan.
Pukul 19.00 WIB
Suasana sudah gelap, kami
berjalan dengan bantuan senter kepala untuk penerangan, jalan yang kami lewati
kini benar-benar curam, jarang sekali pepohonan, hanya batu-batu disepanjang
jalur yang bisa digunakan untuk bantuan pijakan dan pegangan, disini kita harus
ekstra hati-hati karena tidak jarang batu yang kita pijak atau pegang tidak
kokoh dan terlepas sehingga bisa sangat membahayakan. Angin sangat kencang
berhembus menerpa tubuh sehingga sangat mempengaruhi keseimbangan kita. Yayan
dan Marwah sudah kehabisan tenaga dan memutuskan untuk beristirahat beberapa
saat. Saya, Atep dan Ganjar melanjutkan perjalanan menuju Goa Walet agar bisa
segera mendirikan tenda dan menyiapkan makan malam.
Pukul 19.30 WIB
Kami sampai di Pos VI (Goa Walet) 2.950
MDPL, disini sudah banyak pendaki yang mendirikan tenda, kami mulai mencari
spot aman untuk mendirikan tenda. Dengan sisa-sisa tenaga yang hampir habis
kami mulai mendirikan tenda dan memasak makan malam dengan menu sederhana.
Sekitar 1 jam berlalu Yayan dan
Marwah belum juga tiba di tenda, kami mulai khawatir terjadi sesuatu yang tidak
diinginkan, saat itu diputuskan Saya dan Atep akan menyusul turun, sedangakan
Ganjar menunggu di tenda, tetapi untungnya sesaat sebelum berangkat Yayan dan
Marwah tiba di tenda dengan jalan yang sudah mulai sempoyongan karena kelelahan.
Setelah makan malam sudah tidak ada lagi hal yang bisa kami kerjakan selain
tidur lelap.
Minggu, 17 Juli 2016
Pukul 05.00 WIB
Alarm di HP berbunyi, malas
rasanya keluar dari sleeping bag, apa lagi suhu pagi dingin diperkirakan 10o
C. tetapi sesuai rencana awal pagi ini kami harus mencapai puncak gunung
Ceremai sebagai bonus pendakian. Segera kami bersiap, beberapa botol air minum,
makanan kecil, alat dokumentasi, barang-barang berharga, head lamp sebagai alat
penerangan tidak lupa kami bawa karena
suasana masih gelap. Meski tanpa membawa beban peralatan, cukup berat
perjalanan menuju puncak, karena selain jalan yang curam, suhu udara dingin dan
oksigen yang semakin tipis. Berlomba dengan matahari kami terus mendaki.
Pukul 05.30
Dengan penuh suka cita akhirnya
kami berhasil berpijak di puncak gunung Ceremai 3.078 MDPL, tanah tertinggi di
Jawa Barat, rasa bangga bercampur haru, tidak henti rasa syukur karena telah
mendapatkan bonus yang sepadan dengan rasa lelah selama pendakian. Beberapa saat
saya terdiam menyaksikan kebesaran sang pencipta dan menyadari betapa kecilnya
diri ini. Segera kami memanfaatkan momen dengan berfoto sepuasnya. Sekitar 1
jam kami berada dipuncak, setelah dirasa cukup kami lanjutkan turun.
Pukul 08.00 WIB
Setelah sarapan pagi dan berkemas
kami lanjutkan turun, tidak lupa kami abadikan beberapa momen suasana di Goa
Walet yang sebelumnya memang belum sempat kami abadikan karena kemarin pada
saat datang suasana sudah gelap. Selanjutnya kami melanjutkan perjalanan turun.
Dalam perjalanan turun dari Goa
Walet menuju Pos V (Sanghyang Rangkah), kembali kami menenmukan hal yang aneh
dan unik, selama perjalanan kami ditemani seekor burung jalak yang seakan-akan
menunjukan jalan kepada kami. Burung tersebut selalu ada kurang lebih 2 meter
di depan kami, terbang-hinggap, terbang-hinggap begitu seterusnya disepanjang
jalan yang kami lewati, hingga akhirnya mendekati Pos V burung tersebut terbang
menghilang.
Pukul 15.00 WIB
Kami sampai di Pos pintu masuk
pendakian Apuy. Sekitar 1 jam kami beristirahat, menyiapkan stamina untuk
melanjutkan perjalan ke tujuan yang sebenarnya, yaitu rumah.
Pukul 24.00 WIB
Kami sampai di rumah
masing-masing dengan selamat, dan tentu saja kembali bersiap menjalani rutinitas sehari-hari.
SELESAI