Rabu, 22 Maret 2017

PENDAKIAN GUNUNG CIREMAI


Gunung Ciremai
Gunung Ciremai adalah gunung berapi kerucut yang secara administratif termasuk dalam wilayah dua kabupaten, yakni Kabupaten Kuningan dan Kabupaten Majalengka, Provinsi Jawa Barat. Posisi geografis puncaknya terletak pada 6° 53' 30" LS dan 108° 24' 00" BT, dengan ketinggian 3.078 m di atas permukaan laut. Gunung ini merupakan gunung tertinggi di Jawa Barat.

Gunung ini memiliki kawah ganda. Kawah barat yang beradius 400 m terpotong oleh kawah timur yang beradius 600 m. Pada ketinggian sekitar 2.900 m dpl di lereng selatan terdapat bekas titik letusan yang dinamakan Gowa Walet.

Kini G. Ceremai termasuk ke dalam kawasan Taman Nasional Gunung Ciremai (TNGC), yang memiliki luas total sekitar 15.000 hektare.

Nama gunung ini berasal dari kata cereme (Phyllanthus acidus, sejenis tumbuhan perdu berbuah kecil dengan rada masam), namun seringkali disebut Ciremai, suatu gejala hiperkorek akibat banyaknya nama tempat di wilayah Pasundan yang menggunakan awalan 'ci-' untuk penamaan tempat.

Puncak gunung Ciremai dapat dicapai melalui banyak jalur pendakian. Jalur pendakian tersebut meliputi Desa Palutungan dan Desa Linggarjati di Kab. Kuningan, dan Desa Apuy di Kab. Majalengka. Ada satu jalur pendakian baru yaitu melalui Desa Linggasana di Kec. Cilimus, Kab. Kuningan.


Jumat, 15 Juli 2016
Pukul 13.30 WIB
Kami beranggotakan 5 Orang ; Saya (Abdillah), Marwah, Yayan, Atep dan Ganjar. Berkumpul di kediaman Yayan Jl. Raya Maniis-Palumbon RT. 05/03 Ds. Cijati Kec. Maniis Kab. Purwakarta – Jawa Barat, yang dijadikan sebagai titik kumpul sebelum memulai perjalanan. Setelah memeriksa kembali peralatan sekitar 1/2 jam kemudian kami berangkat menggunakan Sepeda Motor berboncengan menuju Kab. Majalengka, karena sesuai rencana kami akan mendaki melalui jalur pendakian Apuy. Sekitar 8 jam perjalanan yang akan kami tempuh dari Purwakarta menuju Majalengka.

Dari kiri ke kanan : Yayan, Ganjar, Atep, Abdillah, Marwah
Pukul 22.00 WIB
Berkendara cukup lama akhirnya kamai sampai di pos pintu masuk pendakian Apuy, setelah mengamankan kendaraan kami segera mencari tempat untuk beristirahat tidur supaya besok pagi dapat memulai pendakian dengan kondisi badan yang Fit.

Sabtu, 16 Juli 2016
Pukul 05.00 WIB
Pagi yang dingin di pos pintu masuk pendakian Apuy yang memiliki ketinggian kurang lebih 1.204 MDPL. Kami melakukan persiapan untuk memulai pendakian, packing ulang barang-barang ke dalam carrier dan tidak lupa sarapan pagi. Untuk urusan mengisi perut banyak warung di sekitar pos pendakian Apuy yang menyediakan makanana dengan harga yang ekonomis. Selanjutnya kami mulai mendaftar di pos registrasi pendakian. Untuk tiket masuk setiap orang dikenakan tarif Rp. 50.000,- Sekedar informasi, dari sini biasanya para pendaki membawa persediaan air untuk keperluan pendakian. Karena akan sulit kita temukan sumber air selama perjalanan ke puncak.

Pintu Masuk Pendakian Apuy
Registrasi Pendakian
Persiapan Pendakian
Pukul 07.00 WIB
Urusan registrasi selesai, selanjutnya diawali dengan do’a kami memulai pendakian. Cuaca cukup cerah, langit bersahabat, trek diawal pendakian mulai menanjak tetapi masih cukup bersahabat karena jalur yang dilewati adalah jalur batu macadam yang sering dilewati oleh warga sekitar menuju ke kebun/ladang.

Pukul 08.00 WIB
Sekitar 1 jam berjalan kami sampai di Pos II (Arban) 1.614 MDPL. Shelter berupa bangunan permanen yang biasa digunakan para pendaki untuk beristirahat. Sekitar 15 menit kami menyempatkat beristirahat. Kemudian lanjut jalan lagi.
 
POS II ARBAN
Pukul 10.30 WIB
Kami sampai di Pos III (Tegal Masawa) 2.400 MDPL, tempat berupa dataran dengan sebuah plang yang terpasang di pohon sebagai penanda. Cukup lama memang waktu yang kami lewati, selain karena trek yang lumayan sulit dan menanjak kami juga sering beristirahat karena stamina yang pas-pasan. Sekitar 10 menit kami beristirahat di Pos ini kemudian lanjut jalan lagi.
 
POS IV TEGAL MASAWA
Pukul 11.30 WIB
Perut mulai keroncongan karena ternyata memang sudah mendekati jam makan siang. Sambil beristirahat kami mulai bongkar carrier mengeluarkan logistic dan alat masak. Makan siang dengan menu sederhana hasil olahan sendiri, ditengah kelebatan hutan, udara sejuk, dihibur oleh kicauan burung. Sungguh suasana makan yang nyaman yang tidak bisa kita temui di restoran mana pun dikota-kota besar. Setelah perut terisi dan tenaga mulai pulih, sekitar pukul 12.30 WIB kami melanjutkan perjalanan.
 
Makan Siang
Pukul 13.30 WIB
Dengan stamina yang mulai kepayahan akhirnya kami sampai ke Pos IV (Tegal Jamuju) 2.600 MDPL, sama seperti Pos III tempat ini beruapa dataran cukup luas yang bisa digunakan untuk mendirikan beberapa tenda. Disini kami beristirahat cukup lama, sekitar 45 menit, menunggu tenaga pulih kembali, kemudian lanjut jalan lagi.
 
POS IV TEGAL JAMUJU
Pukul 15.00 WIB
Hujan mulai turun, kami bergegas menggunakan Raincoat supaya baju dan peralatan yang kami bawa tetap kering. Perjalanan pun menjadi semakin sulit, trek yang semakin curam dan licin akibat guyuran hujan, ditambah suhu udara yang semakin dingin menusuk tulang, membuat kami berjalan semakin lambat.

Pukul 15.30 WIB
Kami sampai di Pos V (Sanghyang Rangkah) 2.800 MDPL, disini cukup banyak pendaki yang mendirikan tenda. Kami beristirahat kurang lebih 1/2 jam sambil menunggu hujan reda dan memulihkan stamina yang hamper habis. Dari titik ini menuju puncak, vegetasi mulai berubah dari pohon-pohon tinggi dan rapat menjadi tumbuhan khas puncak gunung yang tidak terlalu tinggi seperti cantigi dan Bungan edelweiss. Setelah hujan reda dengan sisia-sisa tenaga kami melanjutkan perjalanan, karena target kami adalah mendirikan tenda dan bermalam di Pos VI (Goa Walet) sebelum nanti pagi hari melanjutkan summit ke puncak.
 
POS V SANGHYANG RANGKAH
Pukul 17.00 WIB
Dalam perjalanan menuju Goa Walet tepatnya di sekitar persimpangan jalan antara jalur Apuy – Palutungan – Goa Walet. Ada kejadian janggal yang kami temui, saat itu kami menolong seorang pendaki yang mengalami cedera di kedua kakinya, kami segera membongkar P3K untuk memberikan bantuan perawatan sebisanya. Pendaki tersebut Nampak kebingungan, seperti orang linglung. Setelah kami tenangkan dan ajak bicara ternyata pendaki tersebut baru turun dari puncak dan akan turun melalui jalur Apuy, tetapi di persimpangan pendaki tersebut Nampak kebingungan dan sampai beberapa kali salah mengambil jalur yang mengarah ke Palutungan. Padahal plang penunjuk jalan sangat jelas, jalur pun meski hanya jalan setapak tetapi cukup jelas, suasana pun cukup terang karena belum malam. Entah apa yang mengakibatkan pendaki itu salah mengambil jalur sampai berputar-putar berulang kali, karena rasanya tidak mungkin dia buta huruf hingga tidak bisa membaca plang penunjuk jalan.

Beberapa saat kami menunggu menemani pendaki itu sambil memberikan perawatan dan berusaha menenangkan, akhirnya beberapa orang yang terdiri dari teman dari pendaki tersebut dan ranger petugas TNGC datang  menjemput memberikan pertolongan. Kami pun melanjutkan perjalanan.
 
Plang di persimpangan
Pukul 19.00 WIB
Suasana sudah gelap, kami berjalan dengan bantuan senter kepala untuk penerangan, jalan yang kami lewati kini benar-benar curam, jarang sekali pepohonan, hanya batu-batu disepanjang jalur yang bisa digunakan untuk bantuan pijakan dan pegangan, disini kita harus ekstra hati-hati karena tidak jarang batu yang kita pijak atau pegang tidak kokoh dan terlepas sehingga bisa sangat membahayakan. Angin sangat kencang berhembus menerpa tubuh sehingga sangat mempengaruhi keseimbangan kita. Yayan dan Marwah sudah kehabisan tenaga dan memutuskan untuk beristirahat beberapa saat. Saya, Atep dan Ganjar melanjutkan perjalanan menuju Goa Walet agar bisa segera mendirikan tenda dan menyiapkan makan malam.

Pukul 19.30 WIB
Kami sampai di Pos VI (Goa Walet) 2.950 MDPL, disini sudah banyak pendaki yang mendirikan tenda, kami mulai mencari spot aman untuk mendirikan tenda. Dengan sisa-sisa tenaga yang hampir habis kami mulai mendirikan tenda dan memasak makan malam dengan menu sederhana.

Sekitar 1 jam berlalu Yayan dan Marwah belum juga tiba di tenda, kami mulai khawatir terjadi sesuatu yang tidak diinginkan, saat itu diputuskan Saya dan Atep akan menyusul turun, sedangakan Ganjar menunggu di tenda, tetapi untungnya sesaat sebelum berangkat Yayan dan Marwah tiba di tenda dengan jalan yang sudah mulai sempoyongan karena kelelahan. Setelah makan malam sudah tidak ada lagi hal yang bisa kami kerjakan selain tidur lelap.

Minggu, 17 Juli 2016
Pukul 05.00 WIB
Alarm di HP berbunyi, malas rasanya keluar dari sleeping bag, apa lagi suhu pagi dingin diperkirakan 10o C. tetapi sesuai rencana awal pagi ini kami harus mencapai puncak gunung Ceremai sebagai bonus pendakian. Segera kami bersiap, beberapa botol air minum, makanan kecil, alat dokumentasi, barang-barang berharga, head lamp sebagai alat penerangan  tidak lupa kami bawa karena suasana masih gelap. Meski tanpa membawa beban peralatan, cukup berat perjalanan menuju puncak, karena selain jalan yang curam, suhu udara dingin dan oksigen yang semakin tipis. Berlomba dengan matahari kami terus mendaki.


Pukul 05.30
Dengan penuh suka cita akhirnya kami berhasil berpijak di puncak gunung Ceremai 3.078 MDPL, tanah tertinggi di Jawa Barat, rasa bangga bercampur haru, tidak henti rasa syukur karena telah mendapatkan bonus yang sepadan dengan rasa lelah selama pendakian. Beberapa saat saya terdiam menyaksikan kebesaran sang pencipta dan menyadari betapa kecilnya diri ini. Segera kami memanfaatkan momen dengan berfoto sepuasnya. Sekitar 1 jam kami berada dipuncak, setelah dirasa cukup kami lanjutkan turun.





Pukul 08.00 WIB
Setelah sarapan pagi dan berkemas kami lanjutkan turun, tidak lupa kami abadikan beberapa momen suasana di Goa Walet yang sebelumnya memang belum sempat kami abadikan karena kemarin pada saat datang suasana sudah gelap. Selanjutnya kami melanjutkan perjalanan turun.
 
POS VI GOA WALET

Suasana di Goa Walet
Dalam perjalanan turun dari Goa Walet menuju Pos V (Sanghyang Rangkah), kembali kami menenmukan hal yang aneh dan unik, selama perjalanan kami ditemani seekor burung jalak yang seakan-akan menunjukan jalan kepada kami. Burung tersebut selalu ada kurang lebih 2 meter di depan kami, terbang-hinggap, terbang-hinggap begitu seterusnya disepanjang jalan yang kami lewati, hingga akhirnya mendekati Pos V burung tersebut terbang menghilang.
 
Burung Jalak penunjuk arah
Pukul 15.00 WIB
Kami sampai di Pos pintu masuk pendakian Apuy. Sekitar 1 jam kami beristirahat, menyiapkan stamina untuk melanjutkan perjalan ke tujuan yang sebenarnya, yaitu rumah.

Pukul 24.00 WIB
Kami sampai di rumah masing-masing dengan selamat, dan tentu saja kembali bersiap menjalani rutinitas sehari-hari.


SELESAI